Why BAI, Why??

Kembali lagi ngomongin tentang BAI, pabrikan yang bikin puyeng usernya. Jadi begini, temen TG minta tolong dibantuin untuk jual motornya. TG yang udah beberapa kali jual beli pun menyanggupi permintaan ini, eces laaah. Biasa jual di harian ibu kota atau di online store, biasanya cepet terjual.

But wait?! Begitu dikasi tahu kalau motor yang hendak dijual adalah Bajaj Pulsar 220, langsung tepok jidat. Alamak, terbayang ngejualnya bakalan susye nih. Dua tahun pakai, nilai motornya terjerembab selevel dengan motor-motor 200an cc dengan tahun yang jauh lebih tua. Lebih tua dan lebih jadul, dan itu cuma dua tahun!!

Yaudah, kadung terima permintaannya. Sekalian aja lah dieksekusi. Sekaligus tes pasar, masih ada gak sih orang yang mau beli motor ini? Dengan aftersales tak terjamin, dan spare part selangka motor jadul tahun 50an akhirnya TG beranikan diri untuk mulai memasukan iklan ke beberapa online store ternama.
Masuk hari pertama, yang ngeklik untuk buka cuma bisa dihitung dengan jari tangan. Waakks! Sungguh terlalu. Biasa posting itu minimal 30 view setengah hari, ini cuman kurang dari 10? Luar binasa…. Hari kedua, ditunggu dengan harap-harap bodoamat cemas. Kembali view cuman hitungan petugas jaga gerbang tol. Wuiihhh…..

4 hari sudah berlalu, suami si teman pun menghubungi TG Tanya tentang kabar motornya. Ya saya jawab, belom laku bos! Harga sih udah standar, sesuai dengan tahun pembuatan. Cuman ya itu, yang bener-bener niat mau beli gak ada. Paling kalo mau, ini motor dijual dengan harga “yang penting laku”. Itung-itung masih jadi duit, walaupun gak banyak. Akhirnya si mas bos tersebut setuju, dan bilang siap dinego afghan.

Sampai sekarang saya belum tahu kelanjutannya, karena kontaknya memang saya arahkan langsung ke dia. Tapi yang kemudian jadi renungan adalah, sebegitu dahsyatnya efek dari ketidakniatan BAI menjual secara benar produk di Indonesia. Seperti sudah banyak diulas mbah Satar maupun om Saranto, efek seperti inilah yang dihindari pabrikan Jepang.

 Hati masyarakat udah kadung gak percaya lagi sama merek Bajaj. Bahkan penjualan P200NS terkesan dianaktirikan. Wajar lah, mungkin KMI juga ogah buang-buang budget untuk merek yang dikenal buruk oleh publik. Padahal brand kalau dijaga dengan baik, efeknya akan panjang. Gak percaya? Lihat dong Binter, merek masa lalu yang sampai sekarang orang masih merekam dengan baik. Ada lagi Kymco, walaupun berdarah-darah tapi tetap masih lebih oke daripada Bajaj.

Pada akhirnya, rekaman terbaik orang-orang adalah produk Bajaj paling bagus yaitu Bajaj Roda Tiga.
Tangguh, kuat, handal, dan dapat berjalan hingga 50 tahun lagi. Any question?

trungtungtung.....

semakin didepan....tanah abang.

No comments:

Post a Comment